Barru, 13-14 November 2025 — BB Labkesmas Makassar kembali memperkuat kapasitas laboratorium daerah melalui kegiatan On the Job Training (OJT) Penjaminan Mutu Pemeriksaan Mikrobiologi dan Kimia Sampel Pangan dan Air bagi Labkesmas di Kabupaten Barru. Kegiatan ini berlangsung pada 13–14 November 2025 sebagai bagian dari dukungan terhadap implementasi program nasional Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Dalam kegiatan ini, tim BB Labkesmas Makassar memberikan materi terkait pengendalian mutu internal, validasi metode, manajemen risiko laboratorium, serta praktik langsung pemeriksaan sampel pangan dan air. Pendampingan teknis ini memungkinkan peserta memahami titik-titik kritis yang sering menjadi sumber ketidaktepatan hasil—misalnya cara pengambilan sampel yang benar, teknik pengukuran yang konsisten, serta interpretasi hasil yang sesuai standar baku mutu.
Program MBG berhubungan langsung dengan keamanan pangan bagi anak sekolah, sehingga pemeriksaan laboratorium menekankan parameter yang paling berpengaruh pada risiko penyakit bawaan makanan. Beberapa parameter penting yang dipelajari peserta meliputi:
- Parameter Mikrobiologi Pangan
– Escherichia coli (E. coli) sebagai indikator sanitasi dan kontaminasi feses.
– Salmonella yang dapat menyebabkan demam tifoid atau gastroenteritis.
– Staphylococcus aureus yang menghasilkan toksin penyebab keracunan makanan.
– Total Plate Count (TPC) untuk menggambarkan kualitas umum dan tingkat kebersihan pangan.
Parameter-parameter ini tidak sekadar angka; setiap hasil menentukan apakah pangan aman dikonsumsi anak-anak yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit.
- Parameter Kimia Air dan Pangan
– pH dan kekeruhan air yang memengaruhi stabilitas mikroorganisme.
– Sisa klor bebas (free chlorine) yang menunjukkan efektivitas desinfeksi air minum.
– Logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium (Cd) yang berpotensi menyebabkan keracunan kronis jika terakumulasi.
– Nitrit dan nitrat yang berkaitan dengan gangguan metabolik pada anak, termasuk risiko methemoglobinemia.
Dengan memahami dasar ilmiah setiap parameter, para peserta tidak hanya mampu “mengukur”, tetapi juga menilai signifikansi klinis dan kesehatan masyarakat dari hasil pemeriksaan tersebut.
Salah satu dampak penting dari kegiatan ini adalah meningkatnya kemampuan Labkesmas Barru untuk melakukan pemeriksaan secara mandiri tanpa harus merujuk sampel ke laboratorium lain. Kemandirian ini secara logis mempercepat keluarnya hasil karena hilangnya waktu tunggu transportasi dan antrean di laboratorium rujukan. Namun percepatan semacam ini hanya layak disebut kemajuan jika kualitas pemeriksaannya tetap setara atau bahkan lebih baik dari sebelumnya.
Melalui OJT ini, peserta dibekali pemahaman bahwa mutu adalah fondasi percepatan, bukan sekadar tujuan sampingan. Hasil yang cepat tetapi tidak akurat justru merugikan program MBG, karena keputusan distribusi pangan sangat bergantung pada keandalan data laboratorium.
Dengan kegiatan ini, BB Labkesmas Makassar mengukuhkan perannya dalam memperkuat Laboratorium Kesehatan Masyarakat di tingkat daerah agar mampu memberikan hasil uji yang valid, cepat, dan aman untuk mendukung keberhasilan program nasional MBG.




