Daftar Isi
Apa itu Hepatitis?
Hepatitis merupakan suatu penyakit yang sudah umum dikenal masyarakat. Penyakit Hepatitis adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan pada organ hati atau liver. Keadaan ini dapat terjadi akibat adanya infeksi virus, bahan kimia, kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, dan gangguan kekebalan tubuh (autoimun).
Hepatitis ada yang bersifat akut adapula yang bersifat kronis. Hepatitis jenis akut dapat terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu yang cenderung singkat. Lain halnya dengan hepatitis kronis, hepatitis ini berkembang secara perlahan dan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. Akan tetapi, kedua hepatitis ini sama-sama berbahaya karena mengganggu fungsi tubuh khususnya yang berkaitan dengan proses metabolisme tubuh.
Seperti diketahui, hati merupakan organ yang berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Hal ini karena hati berfungsi menghasilkan empedu, mengurai berbagai zat, menetralisir racun, mengaktifkan enzim, menghancurkan sel darah merah dan berbagai fungsi lainnya.
Penyebab Hepatitis
Seperti yang disebutkan sebelumnya, penyakit ini dapat terjadi karena beberapa sebab. Berikut ini penjelasan dari beberapa penyebab penyakit hepatitis:
Hepatitis A; disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Jenis ini dapat menular melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses (virus) penderita hepatitis A. Hepatitis A termasuk penyakit akut jangka pendek. HAV adalah virus hepatotoprik yang hanya menyerang organ hati saja.
Hepatitis B; disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Jenis ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual ataupun media darah. Ibu hamil punya potensi menularkan hepatitis B ke janinnya. Hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang paling banyak ditemukan di dunia. Jenis ini bisa menjadi penyakit jangka pendek, tapi bagi sebagian orang bisa menjadi infeksi kronis jangka panjang dan menyebabkan masalah kesehatan serius.
Hepatitis C; disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Jenis ini dapat menular melalui proses berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual. Seperti hepatitis B, jenis ini dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke janinnya. Jenis ini sebagian besarnya bersifat kronis. Namun, tetap dianggap mengkhawatirkan karena belum ditemukan vaksin untuk jenis hepatitis ini.
Hepatitis D; disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV) dan hanya dapat menjangkiti orang yang memiliki riwayat penyakit hepatitis B. Jenis ini dapat menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Seperti HCV, HDV belum memiliki vaksin namun seseorang dapat terlindungi dengan melakukan vaksin hepatitis B.
Hepatitis E; disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Jenis ini dapat menular melalui air atau makanan yang tercemar virus HEV. Oleh karena itu, penyakit ini biasanya ditemukan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Hepatitis E ini bersifat akut dan sangat berbahaya bagi wanita hamil. Seperti hepatitis C dan D, jenis ini juga belum memiliki vaksin.
Hepatitis Autoimun; disebabkan oleh kegagalan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali sel-sel hati sebagai sel yang berbahaya. AKibatnya sistem kekebalan tubuh menyerang hati dan menyebabkan peradangan dan kerusakan hati. Jenis ini lebih rentan terjadi pada wanita dibadingkan pria.
Hepatitis Alkoholik; disebabkan oleh konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan hati. Kerusakan tersebut dapat bersifat permanen sehingga menyebabkan penebalan jaringan parut (sirosis) dan gagal hati.
Hepatitis akibat obat tertentu; disebut juga toxic hepatitis yang disebabkan oleh konsumsi obat tertentu yang melebihi dosis. Hati menjadi rusak atau terjadi peradangan akibat harus bekerja terlalu keras dalam memecah obat-obatan tersebut.
Hepatitis akibat cacing hati; disebabkan oleh infeksi cacing opisthorchiidae dan asciolidae. Infeksi cacing disebabkan oleh kebiasaan konsumsi makanan mentah atau belum matang, serta konsumsi makanan yang terkontaminasi larva cacing hati. Oleh karena itu, pastikan untuk mencuci bersih makanan dan memasaknya hingga matang.
Hepatitis Akut Misterius; belum diketahui apa penyebab hepatitis ini. Beberapa ahli mengatakan jenis ini berkaitan dengan Adenovirus dan SARS-CoV-2. Hepatitis akut misterius rentan menyerang anak-anak dalam rentang usia 1 bulan – 16 tahun.
Gejala Hepatitis
Penyakit ini umumnya tidak menunjukkan gejala (asimtomatis) hingga terjadinya kerusakan yang dapat menganggu fungsi hati. Adapun beberapa gejala yang biasa muncul pada penderita hepatitis sebagai berikut:
- Sakit atau rasa tidak nyaman pada perut
- Urine berwarna gelap
- Selera makan menurun
- Demam
- Penyakit kuning (khususnya ditandai warna kekuningan pada kulit dan mata)
- Lesu dan mengantuk
- Mual dan pusing
- Pembengkakan karena penimbunan cairan (edema)
- Nyeri persendian
- Warna feses pucat
- Kulit gatal
Faktor Risiko Hepatitis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi penyait hepatitis di antaranya:
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat erat kaitannya dengan penularan virus hepatitis. Misalnya saja
- Air yang tidak layak konsumsi atau untuk mencuci peralatan makan.
- Fasilitas sanitasi yang kurang, misalnya Kamar mandi, wc, atau tempat cuci tangan.
- Kontak dengan jarum suntik bekas, alat suntik, atau benda lain yang terkontaminasi darah yang terinfeksi.
Faktor Gaya Hidup
Beberapa perilaku atau kegiatan yang berpotensi terpapar virus hepatitis, bahan kimia beracun, atau zat pembawa penyakit ini di antaranya:
- Berbagi jarum suntik atau benda pribadi lainnya.
- Melakukan hubungan seksual yang tidak aman misalnya tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks atau bergonta-ganti pasangan.
- Bekerja di sekitar bahan kimia beracun.
- Minum air yang belum matang atau makan makanan yang tidak terolah dengan aman dan benar.
- Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
- Minum obat yang terkait dengan kondisi ini.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan seseorang juga bisa mempengaruhi terjangkitnya penyakit ini. Berikut sejumlah hal yang dapat meningkatkan risiko kondisi ini:
- Belum mendapatkan vaksinasi.
- Memiliki infeksi akut atau kronis dengan satu atau lebih virus.
- Memiliki gangguan autoimun.
- Lahir dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis B.
Diagnosis Hepatitis
Langkah pertama mendiagnosis kondisi ini adalah menanyakan riwayat timbulnya gejala hepatitis dan mencari faktor risiko dari pengidap. Setelah itu, pemeriksaan fisik perlu untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pengidap. Misalnya, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati atau memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.
Beberapa tes lain yang dapat kamu lakukan untuk mendiagnosis kondisi ini, antara lain:
- Tes Fungsi Hati
Pemeriksaan ini menggunakan sampel darah untuk menentukan seberapa efisien hati untuk melakukan fungsinya. Hasil dari tes fungsi hati ini dapat menjadi indikasi terjadinya masalah. Terutama jika tidak ada gejala selama pemeriksaan fisik. Saat tingkat enzim hati yang tinggi, itu berarti organ tersebut sedang mengalami stres, rusak, atau bermasalah. - Tes Darah
Jika hati tidak bekerja seperti semestinya, dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi sumber masalah. Metode ini dapat memeriksa virus yang terdapat dalam darah. Hal ini juga dapat mendeteksi kondisi antibodi tubuh yang dapat menyebabkan hepatitis autoimun. - USG
Pemeriksaan ultrasonografi menggunakan gelombang ultrasonik untuk melihat kondisi hati melalui gambar. Tes ini memungkinkan dokter untuk memeriksa hati dan organ di sekitarnya, seperti kerusakan hati, tumor hati, hingga kelainan kandung empedu. - Biopsi Hati
Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan dari hati. Sampel tersebut menentukan adanya infeksi atau peradangan yang terjadi pada hati. Hal ini juga bisa untuk mengambil sampel area yang tidak normal atau bermasalah pada hati.
Pengobatan Hepatitis
Pada umumnya, hepatitis A, B, dan E akut jarang membutuhkan pengobatan spesifik. Jika dilakukan, pengobatan akan fokus untuk meredakan gejala-gejala hepatitis yang muncul (seperti mual muntah dan sakit perut). Pemberian obat-obatan juga harus berhati-hati, karena fungsi hati pengidapnya sedang terganggu.
Berikut ini beberapa pilihan pengobatan sesuai dengan jenis dan kondisinya:
- Obat antivirus
Apabila penyakit bersifat kronis, dokter akan memberikan obat antivirus dengan tujuan menghambat perkembangbiakan virus. Selain itu, obat antivirus dapat mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Dokter biasanya akan meresepkan obat antivirus berupa entecavir, ribavirin, atau tenofovir. Obat-obatan tersebut bermanfaat untuk pengidap hepatitis B atau C kronis. - Obat imunosupresan
Apabila penyakit terjadi akibat kondisi autoimun, maka pengobatannya dapat menggunakan obat imunosupresan. Terutama yang golongan kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, dokter mungkin meresepkan obat azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin. - Obat interferon
Obat ini juga bertujuan untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegah kerusakan hati menjadi lebih parah. Dokter biasanya meresepkan obat interferon melalui suntikan setiap minggu selama 6 bulan. - Obat cacing hati
Apabila penyakit ini terjadi akibat cacing hati, maka obat yang dokter resepkan akan sesuai dengan jenis cacing yang menginfeksi. Misalnya, obat praziquantel atau albendazole untuk membunuh cacing clonorchiasis. Sedangkan jika infeksi terjadi akibat cacing fasciolosis, dokter akan meresepkan obat triclabendazole dan possibly nitazoxanide. - Transplantasi hati
Apabila kerusakan hati sudah sangat berat, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur transplantasi hati. Prosedur ini akan mengganti organ hati pengidap dengan organ hati yang sehat dari pendonor.
Pencegahan Hepatitis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menurunkan risiko terserang penyakit ini. Namun, semua itu tergantung dari jenis hepatitis yang menyerang. Berikut ini beberapa cara pencegahan kondisi yang dapat dilakukan:
- Melakukan vaksinasi. Sekarang ini sudah ada vaksin yang bisa mencegah hepatitis A dan B, tapi belum ada vaksin untuk hepatitis C.
- Mengurangi konsumsi alkohol.
- Menjaga kebersihan sumber air.
- Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.
- Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
- Tidak menyentuh darah tanpa sarung tangan pelindung.
- Melakukan hubungan seksual yang aman. Misalnya, menggunakan kondom atau tidak berganti-ganti pasangan (setia pada satu pasangan).
Komplikasi Hepatitis
Setiap jenis hepatitis akan berbeda tingkat keparahannya. Namun, apapun jenisnya, apabila dibiarkan tanpa penanganan, gejala hepatitis bisa memicu berbagai komplikasi, antara lain:
- Fibrosis hati, kondisi ketika hati penuh oleh jaringan parut sehingga tidak lagi bisa berfungsi dengan baik.
- Sirosis hati, merupakan tahap lanjut dari fibrosis.
- Kanker hati, bisa terjadi sebagai komplikasi dari sirosis.
- Gagal hati. Meski komplikasi ini jarang terjadi, tapi gagal hati merupakan kondisi serius yang bisa berakibat fatal.
- Glomerulonefritis, gangguan ginjal yang terjadi akibat peradangan yang seringkali berhubungan dengan respon imun.
- Krioglobulinemia, penyakit langka yang terjadi akibat sekelompok protein abnormal yang menyumbat pembuluh darah kecil.
- Ensefalopati Hepatik. Kehilangan fungsi hati yang parah, seperti gagal hati, dapat menyebabkan otak meradang, yang bernama ensefalopati.
- Hipertensi portal, terjadi ketika sistem sirkulasi portal hati tersumbat akibat sirosi dan masalah lain.
- Porfiria, merupakan komplikasi langka dari infeksi hepatitis C kronis.
- Koinfeksi virus, yaitu ketika ada dua infeksi virus pada saat yang bersamaan.
Hepatitis merupakan gangguan kesehatan yang serius apabila dibiarkan dan tidak ditangani sedini mungkin. Oleh karena itu, penting untuk melakukan medical check up (MCU) secara rutin. BB Labkesmas Makassar melayani medical checkup perorangan ataupun perkelompok. Dapatkan informasi lebih lengkap dengan menghubungi customer service kami di 0811 4156 55. Jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan kamu, ya! Semoga sehat selalu.