Makassar, [13/06/2025] — Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BB Labkesmas) Makassar sukses menyelenggarakan Webinar Sosialisasi Penggunaan Reagen In-Vitro Diagnosis Open PCR Base dalam Program Tuberkulosis (TBC). Kegiatan ini berlangsung secara hybrid pada Kamis dan Jumat, 12–13 Juni 2025, bertempat di Aula Arjuna BB Labkesmas Makassar dan melalui platform Zoom Meeting.
Kegiatan ini diinisiasi sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran Plt. Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Nomor PM.01.03/C/1547/2025 tertanggal 30 Mei 2025, yang menekankan pentingnya perluasan dan pemanfaatan reagen in-vitro diagnosis open PCR base dalam program TBC nasional. Sosialisasi ini diikuti oleh seluruh Labkesmas tier 2, 3, dan 4 dari wilayah regional 8, 9, 10, dan 11 yang tersebar di kawasan Indonesia Timur.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala BB Labkesmas Makassar, Dr. dr. Irene, MKM. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa saat ini telah tersedia sekitar 42 Labkesmas di wilayah regional 8–11, dengan fasilitas yang mendukung pemeriksaan laboratorium TBC. Namun, hanya sekitar 7 Labkesmas yang sejauh ini tergabung dalam jejaring laboratorium program Tuberkulosis. Hal ini menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas yang tersedia, sehingga perlu adanya peningkatan peran Labkesmas dalam mendukung program pengendalian TBC.
Webinar ini menghadirkan narasumber dari Kementerian Kesehatan, BB Labkesmas Makassar, serta mitra teknis dari PT UBC Medical Indonesia Tbk dan PT Kalgen DNA, yang memberikan materi sekaligus pelatihan praktikal penggunaan reagen in-vitro diagnosis berbasis Open PCR. Para peserta dibekali dengan pemahaman teknis hingga prosedur praktis yang aplikatif, sehingga diharapkan dapat langsung diterapkan di masing-masing laboratorium.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya strategis untuk mengoptimalkan fungsi dan pemanfaatan Labkesmas, serta memperluas jejaring laboratorium TBC yang efektif dan efisien di wilayah Indonesia Timur.
Dengan diselenggarakannya sosialisasi ini, diharapkan seluruh Labkesmas di regional 8–11 dapat lebih aktif dan berperan dalam upaya penanggulangan TBC nasional melalui pemanfaatan alat dan reagen yang tersedia secara maksimal.